Pengaruh Lingkungan
Terhadap Pendidikan Atau Belajar Anak.
PENGARUH KESHALIHAN ORANG TUA
Keshalihan kedua orang tua memberi pengaruh kepada anak-anaknya. Bukti pengaruh
ini bisa dilihat dari kisah Nabi Khidhir yang menegakkan tembok dengan suka
rela tanpa meminta upah, sehingga Musa menanyakan alasan mengapa ia tidak mau
mengambil upah. Allah berfirman, yang artinya: Adapun dinding rumah itu adalah
kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda
simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang shalih, maka
Rabbmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaan dan mengeluarkan
simpanannya itu sebagai rahmat dari Rabbmu dan bukanlah aku melakukannya itu
menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang
kamu tidak dapat sabar terhadapnya. [al-Kahfi/18:82].
Dalam menafsirkan firman Allah Azza wa Jalla
“dan kedua orang tuanya adalah orang shalih,” Ibnu Katsir berkata: “Ayat di
atas menjadi dalil bahwa keshalihan seseorang berpengaruh kepada anak cucunya
di dunia dan akhirat berkat ketaatan dan syafaatnya kepada mereka, maka mereka
terangkat derajatnya di surga agar kedua orang tuanya senang dan berbahagia
sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur`ân dan as-Sunnah”. [1]
Allah telah memerintahkan kepada kedua orang
tua yang khawatir terhadap masa depan anak-anaknya agar selalu bertakwa,
beramal shalih, beramar ma’ruf nahi mungkar dan berbagai macam amal ketaatan
lainnya, sehingga dengan amalan-amalan itu Allah akan menjaga anak cucunya.
Allah Azza wa jalla berfirman, yang artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah
orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu,
hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.[an-Nisâ`/4:9].
Dari Said bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas
Radhiyallahu ‘anhu, berkata: “Allah Azza wa jalla mengangkat derajat anak cucu
seorang mukmin setara dengannya, meskipun amal perbuatan anak cucunya di
bawahnya, agar kedua orang tuanya tenang dan bahagia. Kemudian beliau membaca
firman Allah, yang artinya : “‘Dan orang-orang yang beriman dan yang anak cucu
mereka mengikuti mereka dalam keimanan. Kami hubungkan anak cucu mereka dengan
mereka, dan kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap
manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya’.” [ath-Thûr/52:21].[2]
Ibnu Syahin meriwayatkan, bahwasanya Haritsah
bin Nu`man Radhiyallahu ‘anhu datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
namun ia sedang berbicara dengan seseorang hingga ia duduk tidak mengucapkan
salam, maka Jibril Alaihissallam berkata: “Ketahuilah bila orang ini
mengucapkan salam, maka aku akan menjawabnya?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkata kepada Jibril: “Kamu kenal dengan orang ini?” Jibril
Alaihissallam menjawab: “Ya, ia termasuk delapan puluh orang yang sabar pada
waktu perang Hunain yang telah dijamin rizki oleh Allah bersama anak-anak
mereka nanti di surga”.[3]
Syaikh Siddiq Hasan Khan rahimahullah berkata:
“Sesungguhnya Allah mengangkat derajat anak cucu seorang mukmin, meskipun
amalan mereka di bawahnya, agar orang tuanya tenang dan bahagia, dengan syarat
mereka dalam keadaan beriman dan telah berumur baligh bukan masih kecil.
Meskipun anak-anak yang belum baligh tetap dipertemukan dengan orang tua
mereka”.[4]
Cara yang paling tepat untuk meluruskan
anak-anak harus dimulai dengan melakukan perubahan sikap dan perilaku dari kedua
orang tua. Begitu pula dengan merubah sikap dan perilaku kita kepada kedua
orang tua kita, yaitu dengan berbuat baik dan taat kepadanya, serta menjauhi
sikap durhaka kepadanya”.
Kita harus menanamkan komitmen dan berpegang
teguh terhadap syariat Allah pada diri kita dan anak-anak. Barang siapa yang
belum sayang kepada diri sendiri dengan berbuat baik kepada kedua orang tua,
maka hendaklah segera bersikap sayang kepada anak-anaknya, yaitu dengan berbuat
baik kepada orang tuanya agar nantinya anak cucunya berbuat baik kepadanya,
sehingga mereka selamat dari dosa durhaka kepada kedua orang tua dan murka
Allah. Karena anak-anak saat ini adalah orang tua di masa yang akan datang dan
suatu ketika ia akan merasakan hal yang sama ketika menginjak masa tua.
MENCERMATI PENGARUH LINGKUNGAN
Lingkungan mempunyai pengaruh sangat besar dalam membentuk dan menentukan
perubahan sikap dan perilaku seseorang, terutama pada generasi muda dan
anak-anak. Bukankah kisah pembunuh 99 nyawa manusia yang akhirnya lengkap
membunuh 100 nyawa itu berawal dari pengaruh buruknya lingkungan? Sehingga,
nasihat salah seorang ulama supaya pembunuh tersebut mampu bertaubat dengan
tulus dan terlepas dari jeratan kelamnya dosa, ialah agar ia meninggalkan
lingkungan tempatnya bermukim dan pindah ke suatu tempat yang dihuni
orang-orang baik yang selalu beribadah kepada Allah.[5]
Anak merupakan anugerah, karunia dan nikmat
Allah yang terbesar yang harus dipelihara, sehingga tidak terkontaminasi dengan
lingkungan. Oleh karena itu, sebagai orang tua, maka wajib untuk membimbing dan
mendidik sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya, dan menjauhkan anak-anak
dari pengaruh buruk lingkungan dan pergaulan. Wajib mencarikan lingkungan yang
bagus dan teman-teman yang istiqamah.
Keluarga adalah lingkungan pertama dan
mempunyai peranan penting dan pengaruh yang besar dalam pendidikan anak. Karena
keluarga merupakan tempat pertama kali bagi tumbuh kembangnya anak, baik
jasmani maupun rohani. Keluarga sangat berpengaruh dalam membentuk aqidah,
mental, spiritual dan kepribadian, serta pola pikir anak. Yang kita tanamkan
pada masa-masa tersebut akan terus membekas pada jiwa anak dan tidak mudah
hilang atau berubah sesudahnya.
Adapun bagi seorang pendidik, ia harus
menjauhkan anak didiknya dari hal-hal yang membawa kepada kebinasaan dan
ketergelinciran, serta mengangkat derajat mereka dari derajat binatang menjadi
derajat manusia yang mempunyai semangat untuk mengemban amanat dan tugas agama.
Sebagai pendidik, seseorang harus menjadikan
kepribadian Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai suri tauladan dalam
seluruh aspek kehidupan dan dalam setiap proses pendidikan. Mengajak mereka
untuk mengikuti jejak salafush-shalih serta memberi motivasi anak didik untuk
selalu bersanding dengan ulama dan orang-orang shalih. Seorang pendidik juga
harus memahami dampak buruk yang disebabkan oleh keteledoran dalam mendidik
anak. Dan ia harus mewaspadai faktor-faktor yang bisa mempengaruhi proses
pendidikan anak, yaitu lingkungan rumah, sekolah, media cetak dan elektronik,
teman bergaul, sahabat serta pembantu.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDIDIKAN ANAK
A.Rumah.
Rumah adalah tempat pendidikan pertama kali bagi seorang anak dan merupakan
tempat yang paling berpengaruh terhadap pola hidup seorang anak. Anak yang
hidup di tengah keluarga yang harmonis, yang selalu melakukan ketaatan kepada
Allah Azza wa Jalla, sunah-sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
ditegakkan dan terjaga dari kemungkaran, maka ia akan tumbuh menjadi anak yang
taat dan pemberani.
Oleh karena itu, setiap orang tua muslim harus
memperhatikan kondisi rumahnya. Ciptakan suasana yang Islami, tegakkan sunnah,
dan hindarkan dari kemungkaran. Mohonlah pertolongan kepada Allah agar
anak-anak kita menjadi anak-anak yang bertauhid, berakhlak dan beramal sesuai dengan
sunnah Rasulullah serta mengikuti jejak para salafush-shalih.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَجْعَلُوْا بُيُوْتُكُمْ مَقَابِرَ , إِنَّ
الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيْهِ سُوْرَةُ
الْبَقَرَةِ .
“Janganlah engkau jadikan rumahmu seperti
kuburan; sesungguhnya setan akan lari dari rumah yang dibacakan di dalamnya
surat al-Baqarah”.[6]
Dalam hadits ini, terdapat anjuran untuk
memperbaiki rumah supaya tidak seperti kuburan dan menjadi sarang setan,
sehingga anak-anak yang tumbuh di dalamnya jauh dari Islam, bahkan kemungkaran
setiap saat terjadi di rumahnya dan percekcokan orang tuanya menghiasi
hidupnya, maka tidak disangsikan anak akan tumbuh menjadi anak yang keras dan
kasar.
B.Sekolah.
Sekolah merupakan lingkungan baru bagi anak. Tempat bertemunya ratusan anak
dari berbagai kalangan dan latar belakang yang berbeda, baik status sosial
maupun agamanya. Di sekolah inilah anak akan terwarnai oleh berbagai corak
pendidikan, kepribadian dan kebiasaan, yang dibawa masing-masing anak dari
lingkungan dan kondisi rumah tangga yang berbeda-beda.
Begitu juga para pengajar berasal dari berbagai
latar belakang pemikiran dan budaya serta kepribadian. Bagaimanakah keadaan
mereka? Apakah memiliki komitmen terhadap aqidah yang lurus? Ataukah sebagai
pengekor budaya dan pemikiran barat yang rusak? Ataukah para pengajar memiliki
pemikiran dan keyakinan yang dibangun berdasarkan nilai agama? Ataukah hanya
sekedar pengajar yang menebarkan racun pemikiran dan budaya busuk, sehingga menghancurkan
anak-anak kita?
Seorang pengajar adalah merupakan figur dan
tokoh yang menjadi panutan anak-anak dalam mengambil semua nilai dan pemikiran
tanpa memilah antara yang baik dengan yang buruk. Karena anak-anak memandang,
guru adalah sosok yang disanjung, didengar dan ditiru, sehingga pengaruh guru
sangat besar terhadap kepribadian dan pemikiran anak. Oleh sebab itu, seorang
pengajar harus membekali diri dengan ilmu dîn (agama) yang Shahîh sesuai dengan
pemahaman Salafush-Shalih dan akhlak yang mulia, serta rasa sayang kepada anak
didik.
Dan tidak kalah penting, dalam membentuk
kepribadian anak di sekolah, adalah kurikulum pendidikan. Apakah kurikulum
tersebut berasal dari manhaj Islam, sehingga dapat mendukung untuk menegakkan
ajaran Allah, sunnah Rasul dan ajaran Salafus-Shalih? Ataukah hanya sekedar
menegakkan nilai dan wawasan kebangsaan, semangat nasionalisme dan kesukuan?
C.Media Elektronik dan Cetak.
Kedua media ini sangat berpengaruh terhadap pendidikan, tingkah laku dan
kepribadian anak. Kalau orang tua tidak berhati-hati dan waspada terhadap kedua
media ini, maka tidak jarang anak-anak akan tumbuh menjadi anak sebagai mana
yang ia peroleh dari kedua media ini.
1.
Radio dan Televisi
Dunia telah terbuka lebar bagi kita, dan dunia pun sudah berada di hadapan
kita, bahkan di depan mata kita melalui beragam chenel TV. Sarana-sarana
informasi, baik melalui beragam radio dan televisi memiliki pengaruh yang
sangat berbahaya dalam merusak pendidikan anak.
Dari sisi lain, radio dan televisi sebagai sumber
berita, wahana penebar wacana baru, menimba ilmu pengetahuan dan menanamkan
pola pikir pada anak. Namun kedua media itu juga menjadi sarana efektif dan
senjata pemusnah massal para musuh Islam untuk menghancurkan nilai-nilai dasar
Islam dan kepribadian islami pada generasi muda, karena para musuh selalu
membuat rencana dan strategi untuk menghancurkan para pemuda Islam, baik secara
sembunyi maupun terang-terangan.
Dalam kitab Protokolat, para pemuka Yahudi
menyatakan, bila orang Yahudi hendak memiliki negara Yahudi Raya, maka mereka
harus mampu merusak generasi muda. Oleh karena itu, mereka sangat
bersungguh-sungguh dalam menjerat generasi muda, terutama anak-anak. Mereka
berhasil menebarkan racun kepada generasi muda dan anak-anak melalui tayangan
film-film horor atau mistik yang mengandung unsur kekufuran dan kesyirikan.
Tujuannya, ialah untuk menanamkan keyakinan dan pemikiran yang rusak pada para
pemuda dan anak-anak. Misalnya, seperti film-film yang berjudul atau bertema
Manusia Raksasa, Satria Baja Hitam, Xena, Spiderman. Atau seperti halnya
film-film Nusantara yang kental dengan nilai-nilai yang merusak moral dan
lain-lain. Atau film dunia hewan, seperti Ninja Hatori dan Pokemon. Atau film
peperangan antara makhluk luar angkasa dengan penduduk bumi, atau manusia
planet yang menampilkan orang-orang telanjang yang tidak menutup aurat dan
mengajak anak-anak untuk hidup penuh romantis atau berduaan antara wanita dan
laki-laki yang bukan mahram, atau melegalisasi perbuatan zina sehingga mereka
melakukan zina dengan mudah, gampang dan bukan suatu aib, serta tidak perlu
dihukum; bahkan dalam pandangan mereka orang yang mampu merebut wanita dari
tangan orang lain dianggapnya sebagai pahlawan. Lebih parah lagi, film-film
sejenis itu banyak ditanyangkan dan cukup banyak diminati oleh kalangan muda
dan orang dewasa.
Acara televisi seperti itu sangat berbahaya. Ia
dapat menghancurkan kepribadian dan akhlak anak, serta merobohkan sendi-sendi
aqidah yang telah tertanam kokoh, sehingga para pemuda menjadi generasi yang
labil dan lemah, tidak memiliki kepribadian.
Ada seorang dokter yang kini aktif di salah
satu yayasan. Di salah satu stasiun televisi, dia bercerita bahwa dirinya mulai
mencoba merokok sejak kelas 4 SD, kemudian minum minuman keras, menghisap
ganja, dan itu terus berlangsung hingga saat kuliah di kedokteran dengan kadar
semakin besar. Yang menarik disini, ternyata yang menjadi motivasi sang dokter
ini melakukan hal itu, karena ia ingin meniru gaya yang ditampilkan di dalam
film koboi, bahwa seorang tokoh koboi kelihatan gagah berani dengan menenggak
minuman keras. Sang dokter juga mengatakan, selama melakukan hal itu tidak ada
yang memberi pengajaran atau pun mengingatkannya. Oleh karena itu, orang tua
harus berhati-hati dan waspada terhadap bahaya televisi.
2.
Internet.
Dari hari ke hari, semakin nampak jurang pemisah antara peradaban barat dan
fitrah manusia. Setiap orang yang menggunakan hati kecil dan pendengarannya
dengan baik, pasti ia akan menyaksikan, betapa budaya barat telah merobek dan
mencabik-cabik nilai kemanusiaan, seperti dalam hal internet. Media ini telah
menyumbangkan dampak negatif, sebab bahaya yang timbul dari internet lebih
banyak daripada manfaatnya. Bahkan media ini sudah mengenyampingkan nilai
kemuliaan dan kesucian dalam kamus kehidupan manusia.
Misalnya, ada suatu situs khusus yang
menampilkan berbagai gambar porno, sehingga dapat menjerat setiap muda mudi
dengan berbagai macam perbuatan keji dan kotor. Akibat yang ditimbulkan ialah
kehancuran.
Inilah perang pemikiran yang paling dahsyat dan
berbahaya yang dicanangkan Yahudi untuk menghancurkan nilai Islam dan generasi
muslim. Banyak negara-negara Eropa dan Arab merasa sangat terganggu dan
mengalami berbagai kenyataan pahit akibat kehadiran media internet ini.
Wahai para pendidik, jagalah anak-anakmu dari
bahaya racun media tersebut!
3.
Telepon.
Manfaat telepon pada zaman sekarang ini tidak diragukan lagi, dan bahkan
telepon telah mampu menjadikan waktu semakin efektif, informasi semakin cepat
dan berbagai macam usaha ataupun pekerjaan mampu diselesaikan dalam waktu
sangat singkat. Dalam beberapa detik saja, anda mampu menjangkau seluruh
belahan dunia. Namun sangat disayangkan, ternyata kenikmatan tersebut berubah
menjadi petaka dan bencana yang menghancurkan rumah tangga umat Islam.
Telepon, jika tidak digunakan sesuai dengan
manfaatnya, maka tidak jarang justru akan menimbulkan bencana yang besar bagi
keluarga muslim. Seringkali kejahatan menimpa keluarga muslim berawal dari
telepon, baik berupa penipuan, pembunuhan, maupun perzinaan. Dan yang sering
terjadi, baik pada remaja maupun orang dewasa, yaitu hubungan yang diharamkan
bermula dari telepon. Karena dengan telepon, kapan saja hubungan bisa terjalin
dengan mudah; apalagi sekarang, alat ini semakin canggih dan biayapun semakin
murah.
Ada sebuah kisah nyata, seorang gadis belia
menyerahkan kehormatannya kepada seorang laki-laki yang haram untuknya karena
telepon. Awalnya, dari saling berbicara kemudian mengikat janji untuk bertemu,
dan akhirnya perbuatan keji terjadi. Akhirnya, siapakah yang nanggung derita?
Banyak juga terjadi, seorang ibu rumah tangga atau kepala rumah tangga
berselingkuh berawal dari telepon, wa iyyadzubillah.
Oleh karena itu, kita harus waspada terhadap
bahaya yang ditimbulkan oleh pesawat ini. Gunakan telepon dengan semestinya.
Hindari penggunaan yang tidak penting, disamping menghemat biaya juga terhindar
dari bahaya. Dan yang perlu diwaspadai, telepon dengan lawan jenis, baik
seorang murid dengan gurunya, atau seorang thalabul ‘ilmi dengan ustadz,
apalagi di antara para remaja putra maupun putri; karena setan tidak akan
membiarkan kalian selamat dari jeratannya. Allahu musta’an.
4.
Majalah dan Cerpen Anak
Majalah dan buku-buku cerita sangat berperan penting dalam membentuk pola pikir
dan ideologi anak. Sementara itu, majalah anak yang beredar di negeri kita,
baik majalah anak-anak maupun majalah remaja, isinya sangat jauh dari
nilai-nilai Islam. Yang banyak ditonjolkan adalah syahwat dan hidup konsumtif.
Ironisnya, media ini banyak dijadikan sebagai rujukan oleh anak-anak dan para
remaja kita.
Pengaruh majalah tersebut sangat besar dalam
mempengaruhi generasi muda, sehingga banyak kita temui gaya hidup dan pola
pikir mereka meniru dengan yang mereka dapatkan dari majalah yang kebanyakan
pijakannya diambil dari budaya orang-orang kafir.
Padahal Al-Qur`an yang mulia, banyak memuat
cerita-cerita, seperti kisah tentang sapi Bani Israil, kisah tentang
Ashabul-Kahfi dan pemilik kebun dalam surat al-Kahfi, kisah pertarungan antara
kekuatan hak dengan batil, dan kisah-kisah umat-umat zaman dahulu yang diberi
sanksi Allah akibat pelanggaran mereka terhadap perintah-Nya, serta seluruh
kisah-kisah para nabi dan rasul. Disamping itu, masih banyak kisah-kisah yang
benar dari as-Sunnah untuk menanamkan keteladanan para sahabat dan umat
sebelumnya.
Oleh sebab itu, majalah dan buku-buku cerita
memiliki peran yang sangat urgen, memiliki pengaruh sangat signifikan dalam
membentuk pola pikir dan tingkah laku serta pendidikan anak. Anak-anak sangat
gemar dan tertarik dengan berbagai kisah, karena kisah mengandung daya tarik,
hiburan, lelucon, kepahlawanan, amanah, dan kesatriaan.
5.
Komik dan Novel.
Komik banyak digandrungi oleh anak-anak kecil atau remaja, bahkan orang dewasa.
Namun bacaan ini, sekarang banyak memuat gambar-gambar yang tidak sesuai dengan
perkembangan dan pertumbuhan anak. Begitu pula novel, rata-rata berisi
percintaan, dongeng palsu, cerita legendaris, penuh dengan muatan syirik dan
kekufuran, serta cerita romantika picisan.
D. Teman dan Sahabat.
Teman memiliki peran dan pengaruh besar dalam pendidikan, sebab teman mampu
membentuk prinsip dan pemahaman yang tidak bisa dilakukan kedua orang tua. Oleh
sebab itu, Al-Qur`ân dan as-Sunnah sangat menaruh perhatian dalam masalah
persahabatan.
Allah berfirman, yang artinya: “Dan bersabarlah
kamu bersama-sama orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari
dengan mengharap keridhaan-Nya”. [al-Kahfi/18:28].
Allah berfirman, yang artinya: “Kecelakaan
besarlah bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku).
Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur`an ketika Al-Qur`an itu
telah datang kepadaku. Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia”.
[al-Furqân/25:28-29].
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
الرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُرْ
أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلْ
“Seseorang tergantung agama temannya, maka
hendaklah seorang di antara kalian melihat teman bergaulnya”.[7]
Dari Abu Musa al-Asy’ari, ia bersabda:
إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيْسِ الصَّالِحِ وِالْجَلِيْسِ
السُّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِحِ الْكِيْرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا
أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ
رِيْحًا طَيِّبَةً, وَنَافِحُ الْكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا
أَنْ تَجِدَ رِيْحًا مُنْتِنَةً
“Sesungguhnya, perumpamaan teman baik dengan
teman buruk, seperti penjual minyak wangi dan pandai besi; adapun penjual
minyak, maka kamu mendapatkan olesan atau membeli darinya atau mendapatkan
aromanya; dan adapun pandai besi, maka boleh jadi ia akan membakar pakaianmu
atau engkau menemukan bau anyir”.[8]
Sahabat memberi pengaruh dan mewarnai perilaku
temannya, seperti kata Imam Syafi’i dalam syairnya:
Saya mencintai orang-orang shalih walaupun aku
tidak seperti mereka.
Semoga dengan mencintai mereka aku mendapatkan syafaat-Nya.
Aku membenci seseorang karena kemaksiatannya,
meskipun kami dalam hal perbelakan hampir sama.
Wahai para pendidik, pilihkan untuk anak-anakmu
teman yang baik sebagaimana engkau memilihkan untuk mereka makanan dan pakaian
yang terbaik.
E. Jalanan.
Jalanan tempat bermain dan lalu lalang anak-anak terdapat banyak manusia dengan
berbagai macam perangai, pemikiran, latar belakang sosial dan pendidikan.
Dengan beragam latar belakang, mereka sangat membahayakan proses pendidikan
anak, karena anak belum memiliki filter untuk menyaring mana yang baik dan mana
yang buruk.
Di sela-sela bermain, anak akan mengambil dan
meniru perangai serta tingkah laku temannya atau orang yang sedang lewat;
sehingga terkadang mampu merubah pemikiran lurus menjadi rusak, apalagi mereka
mempunyai kebiasaan rusak, misalnya perokok, pemabuk dan pecandu narkoba; maka
mereka lebih cepat menebarkan kerusakan di tengah pergaulan anak-anak dan
remaja.
F. Pembantu dan Tetangga.
Para pembantu memiliki peran cukup signifikan dalam pendidikan anak, karena
pembantu mempunyai waktu yang relatif lama tinggal bersama anak, terutama pada
usia balita. Sedangkan pada fase tersebut, anak sangat sensitif dari berbagai
macam pengaruh. Pada masa usia itu merupakan masa awal pembentukan pemikiran
dan aqidah, serta emosional. Begitu juga tetangga, mereka bisa membawa
pengaruh, karena anak-anak kita kadang harus bermain ke rumahnya.
Waspadalah, wahai kaum muslimin! Jagalah
anak-anak kalian dari semua pengaruh yang bisa merusak pendidikkan anak-anak
kalian. Bekali mereka dengan aqidah yang shahih dan akhlak mulia. Ajarkan
kepada mereka sirah Nabi n dan perjalanan hidup para ulama. Tanamkan pula
kesabaran dalam menunaikan segala kewajiban yang diperintahkan Allah, dan
kesabaran dalam meninggalkan apa yang dilarang Allah. Jangan biarkan anak-anak
kita terpengaruh oleh tingkah laku dan perangai orang-orang yang rusak dan
jahat; yang dengan sengaja membuat strategi dan tipu daya untuk menghancurkan
generasi umat Islam.
By:
Ustadz Abu Ahmad Zainal Abidin bin Syamsuddin
Posted By : Szyahr.Blogspot.Com ( Szyahrul AutoNews ) “
Syahrl’ Fadel Account Daarus Sunnah Islamic Studies
Footnote
[1]. Tafsîr Ibnu Katsir, 5/ 141.
[2]. Lihat Tafsîr Jami`ul-Bayan fî Tafsîril-Qur`ân, ath-Thabari.
[3]. Riwayat Thabrani di dalam al-Kaba`ir 3/227/(3225), dan disebutkan pula
oleh Ibnu Hajar di dalam Ashabah, 1/312. Lihat pula Majma’uz-Zawaa`id, 9/314.
[4]. Lihat Tafsîr Fathul-Bayan, Siddiq Hasan Khan, 6/434.
[5]. Merujuk hadits riwayat al-Bukhâri, no. 3470, dan Muslim, no. 2766. (-red)
[6]. Shahîh, diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahîh-nya dalam kitab Shalat
Musafirin (1821).
[7]. Shahîh, diriwayatkan Imam Abu Dawud dalam Sunan-nya (4833), at-Tirmidzi
dalam Sunan-nya (2379), dan beliau berkata: “Hadits ini hasan,” dan Imam Ahmad
dalam Musnad-nya, 2/ 303, 334.
[8]. Shahîh, diriwayatkan Imam al-Bukhari dalam Shahîh-nya (2101) dan Imam
Muslim dalam Shahîh-nya (6653).
[9]. Lihat Diwan Imam as-Syafi’i, hlm. 79